Tengoklah Derajat Pemulung



Kala itu senja menyapa dengan teriknya yang hangat. Yang perlahan menyusut, beranjak pergi dari wajah sosok yang sudah rapuh itu. Dengan segala peluh yang bercucuran akibat kerja yang tak seberapa upahnya, namun menghabiskan banyak tenaga.
                Tepat dibawah jembatan tol nan megah tampak dari jalan raya ibu kota. Yang selalu sibuk dengan kendaraan bising menghampiri. Tubuh tua itu mulai menginjakkan kaki perlahan kebawan jembatan tol yang terlihat megah dari atas. Dengan tersendat-sendat nafas tua itu, namun masih dihiasi sapaan hadiah senyum kecil untuk beberapa anak. Hidup berdampingan dengan sampah dan air kali yang keruh sebagai sumber penghidupan bukanlah pilihan. Tidur beralaskan sampah pun juga bukan dambaan mereka. Betapa kehidupan yang kejam dan jauh dari layak.
                Pria tua itu memang seorang glandangan yang tinggal ditempat yang sangat tak layak bersama anak asuhnya. Mencari nafkah untuk anak-anak glandangan yang terbuang dari kehidupan dengan memulung sampah. Berpuluh-puluh kilometer berjalan tanpa putus asa. Dikucilkan oleh setiap orang yang menatapnya dengan jijik. Orang berlalulalang tak peduli pada sepotong kehidupannya. Seorang yang lanjut usia itu seharusnya tinggal menikmati sisa hidupnya, bukan malah membanting tulang seperti layaknya anak muda.
                Pada zaman yang modern ini, masih saja tak adil pada orang seperti mereka. Kemanakah para petinggi berdasi itu? Apakah mereka melihat bagian dari kota yang berdiri tegak dengan bangunan yang berlomba-lomba mencakar langit itu? Benar memang pekerjaan memulung adalah pekerjaan yang menjijikkan bahkan menganggu bagi sebagian orang. Namun lihatlah, mereka membantu membersihkan sampah-sampah ibu kota yang merajalela. Berjalan puluhan kilometer untuk mencari nafkah, sedangkah para petinggi hanya duduk dikurusi yang empuk dijamin dengan kehidupan yang layak dengan bergelimangan harta korupsi. Toh pekerjaan pemulung lebih bermanfaat dan tentu saja halal, tidak seperti para pejabat yang kebanyakan mengandalkan dan memakani uang rakyat yang seharusnya tidak terjadi. Kemana orang-orang berdasi itu?
                Negara ini perlu berbenah, tataplah nasib para pemulung yang kurang baik itu. Kemiskinan yang menghantui negri ini, dan kekonyolah pemerintah yang tidak teratur akibat kurangnya komunikasi. Jangan redahkan para pemulung itu, berpikirlah sejenak bila pemulung tidak ada. Jangan angap remeh para pemulung, bahkan hasil memulung lebih halal daripada korupsi.
                Uang memang berkuasa dan akibatnya kemanusiaan tertimbun, mengabaikan orang pinggiran yang membutuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

Pageviews

Time

Buku Tamu

Doctor Who Seal of Rassilon